Sunday, June 27, 2010

Kisah Jatuh Bangun Tim Pemenangan Risma-Bambang

[ Senin, 21 Juni 2010 ]

Tolak Rp 40 M, Ungkap DPT Bermasalah

Ketua DPC PDIP Surabaya Whisnu Sakti Buana mendapat tugas berat saat menghadapi Pilwali Surabaya 2010. Dia dituntut mampu meramu strategi untuk memenangkan pasangan Tri Rismaharini dan Bambang Dwi Hartono (Risma-Bambang) sebagai wali kota dan wakil wali kota Surabaya periode 2010-2015.

---

CUKUP berat menjadi ketua DPC PDIP Surabaya. Tantangan dan godaannya besar. Setidaknya, itulah yang dialami Whisnu Sakti Buana. Dia terpilih sebagai ketua DPC PDIP Surabaya dalam konfercab Februari lalu.

Setelah konfercab, dua hal besar menanti Whisnu. Yakni mempersiapkan mesin partai untuk menghadapi pilwali dan mengonsolidasikan internal partai dari kemungkinan perpecahan -sebuah hal yang biasa terjadi setelah konfercab. Untuk hal yang pertama, Whisnu tetap berkeyakinan bahwa pihak DPC akan mengamankan apa pun rekomendasi yang dikeluarkan DPP. "Saat itu saya memang sudah mendengar informasi bahwa nama Bu Risma sudah masuk kantong Bu Mega (Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP, Red)" ungkap putra bungsu politikus gaek PDIP Sutjipto tersebut.

Kendati memasrahkan diri kepada DPP apa pun rekomendasinya, Whisnu sudah cukup sreg dengan kemungkinan pasangan Risma-Bambang. "Sebab, menurut saya, itu yang terbaik untuk masyarakat Surabaya," ucapnya.

Di tengah-tengah menunggu rekomendasi, ternyata yang menanti bukan hanya Saleh Ismail Mukadar dan Risma, tetapi ada satu calon lain lagi. Nah, ambisi calon tersebut tak kepalang besar. Untuk itu, calon tersebut dengan terang-terangan menawarkan dana total Rp 40 miliar bila Whisnu dan jajarannya sungguh-sungguh mau memperjuangkannya, mendapatkan rekomendasi, dan menjalankan mesin partainya.

Namun, Whisnu dan jajarannya keukeuh menolak. Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan bahwa PDIP memang berambisi menang, bukan mencari uang, dalam pilwali kali ini. Whisnu sendiri secara tersirat mengakui kabar tersebut. ''Biasa lah, kalau ada yang mau maju, selalu ada lobi-lobi. Tapi, dalam politik, yang kami utamakan adalah kepentingan masyarakat,'' tutur pria yang juga menjabat wakil ketua DPRD Surabaya tersebut.

Namun, takdir tetap menggariskan lain. Rekomendasi DPP tetap diberikan untuk Risma-Bambang. Whisnu pun langsung menggerakkan mesin partainya untuk maju dalam pilwali lalu. Dia pun ditahbiskan sebagai ketua tim pemenangan Risma-Bambang dalam pilwali. Kali ini yang muncul adalah hambatan berikutnya, yakni Saleh Ismail Mukadar, mantan ketua DPC PDIP yang digantikan Whisnu.

Kendati Saleh mengimbau pengikutnya untuk kembali ke partai, isu mengenai 22 pengurus anak cabang (PAC) yang memboikot terus berembus kencang. Whisnu memilih tak menanggapi isu tersebut dan melakukan konsolidasi internal. "Memang ada PAC yang tak sepakat, tapi kami tegas memberi mereka pilihan. Sebab, ada gawe besar yang tak bisa menunggu," jelas dia.

Hasilnya, suara PDIP solid. Sebagai ketua tim pemenangan, Whisnu membagi strateginya sebagai berikut. Pertama, dia menyolidkan internal PDIP dan mengamankan sekitar 150 ribu suara PDIP sebagai modal awal. "Selanjutnya, dengan model kampanye yang digarap habis-habisan oleh tim eksternal, kami menargetkan banyak mendulang suara dari swing voters," paparnya. Strateginya berhasil dan Whisnu mampu melewati dua ujian beratnya sebagai ketua DPC PDIP.

Dalam menjalankan tugas sebagai ketua tim sukses pemenangan Risma-Bambang, dia dibantu sejumlah orang pilihan. Yakni Jagat Hariseno sebagai ketua tim pemenangan bidang eksternal Risma-Bambang dan Herru Soleh. Kolaborasi mereka sangat ciamik dalam memainkan strategi kampanye eksternal.

Namun, ada satu nama penting yang menjadi roh di tim internal. Dia adalah Sukadar. Pria yang berulang tahun setiap 23 Mei tersebut boleh dibilang memegang beban lebih dari separo pekerjaan tim internal.

Simak saja yang telah dilakukannya dalam pilwali. Bersama dua anggota timnya, boleh dibilang, dia adalah orang yang berhasil membuktikan, masih ada yang tak beres dengan daftar pemilih tetap (DPT). Dia memelototi lebih dari 2,1 juta jiwa di DPT dalam dua hari dan menemukan lebih dari seribu data yang bermasalah. Utamanya adalah anak-anak kecil, termasuk bayi enam bulan yang sudah mempunyai hak pilih.

Selain itu, dia bertanggung jawab atas pembekalan saksi di 5.000 TPS, 1.240 koordinator saksi di tingkat RW, 163 saksi PPS, 62 saksi kecamatan, dan 2 orang saksi KPU. Itu menunjukkan bahwa Sukadar adalah orang yang sangat mengerti dan paham mengenai liku-liku pemilu berikut celah dan trik mengantisipasinya. Salah satu momen yang membuat Cak Kadar sangat puas adalah waktu dirinya bisa menunjukkan bahwa masih ada yang bermasalah dengan DPT. ''Betul-betul berat, namun puas karena bisa menunjukkan dengan bukti otentik bahwa masih ada yang bermasalah dengan DPT,'' tambahnya. (ano/c9/aww)

No comments:

Post a Comment