Monday, October 18, 2010

Anak Bos Otobus Diculik setelah Pulang Sekolah

[ Jum'at, 03 September 2010 ]

SURABAYA - Penculikan anak sekolah terjadi lagi pada Rabu, 1 September. Penculikan kali ini lebih sistematis. Korban, Aaron Ken Sucitro, 7, diambil empat pria ketika pulang dari sekolah IPH di Jalan Kedung Baruk sekitar pukul 14.30.

Saat itu, putra Handoko, bos PO Jaya Utama, yang tinggal di perumahan Araya Galaxy Bumi Permai tersebut seperti biasa dijemput Eko Sulistiyono. Eko adalah sopir yang sudah tiga tahun bekerja di keluarga itu. Baru berjalan tak lebih dari 300 meter, tiba-tiba Honda Jazz putih yang dikemudikan Eko dipepet Avanza hitam.

Saking kerasnya, bumper depan mobil bernopol L 1895 VU tersebut tergores. Tak terima, Eko turun dari mobil dan hendak membuat perhitungan dengan pengemudi Avanza itu. Namun, ketika hendak mendekati Avanza, dia justru mundur.

Sebab, seorang pria tinggi besar dengan logat non-Jawa keluar mengacungkan linggis. Kaget belum hilang, tiba-tiba pria lain turun dari Avanza itu dan langsung berjalan ke arah Jazz putih. Dengan kasar, pria tersebut membuka pintu mobil, lalu menarik Aaron dengan paksa.

Bocah itu meronta. Namun, ketika dibentak pria yang menyeret dirinya, Aaron terdiam. Eko hanya bisa diam saat Toyota Avanza tersebut kabur ke arah Kedung Baruk. Eko menghafal nopol mobil itu. Namun, belakangan diketahui bahwa pelat nomor tersebut palsu.

Di dalam Avanza tersebut ada dua orang lain. Salah satu­nya adalah sopir pria yang du­duk di jok depan. Keduanya tidak ikut turun.

Eko mengungkapkan bingung antara mau mengejar penjahat dan pulang ke rumah majikannya. Akhirnya, dia menelepon Stanley, paman Aaron. ''Sebab, orang tua Aaron masih berada di Singapura,'' kata sumber di kepolisian.

Ibu Aaron sedang menjalani perawatan kemoterapi karena mengidap kanker payudara. Begitu mendapat kabar bahwa putra ketiganya diculik, keduanya langsung pulang. Mereka tiba di Surabaya pada Rabu malam.

Stanley menghubungi polisi dan melaporkan penculikan tersebut. Hingga tadi malam, polisi memeriksa empat orang. Yakni, Eko (warga Jalan Manyar Sabrangan), Wasini (pembantu rumah tangga/PRT asal Tempuran, Pare, Kediri, yang sepuluh tahun ikut keluarga itu), Fitri Aminah (PRT asal Sukomoro, Nganjuk, yang tujuh tahun ikut keluarga Handoko), dan Purwati (PRT dari Sragen yang baru tiga bulan bekerja di rumah tersebut).

Berdasar keterangan mereka, diketahui bahwa ada seorang PRT berinisial Dn yang baru saja keluar dari rumah tersebut. ''Orang dekat memang kami telu­suri. Sebab, penculikan terse­but sangat terarah dan profe­sional,'' jelas sumber tersebut.

Penculik langsung mengarah ke mobil dan mengambil target dengan cepat. ''Tidak mungkin itu dilakukan secara acak. Perhitungannya sangat matang. Ada indikasi melibatkan orang dalam,'' paparnya.

Polisi heran karena hingga tadi malam keluarga korban belum dihubungi sama sekali oleh penculik tersebut. ''Kami masih bertanya-tanya, apa motifnya. Biasanya, mereka minta tebusan. Tapi, kok belum ada permintaan uang tebusan,'' kata Kasatreskrim Polrestasbes Surabaya AKBP Anom Wibowo. ''Yang jelas, semua kemungkinan masih kami telusuri,'' imbuhnya. Dia menolak mengungkapkan detail pen­culikan tersebut.

Tim dari Polda Jatim juga mendatangi rumah Handoko kemarin. Dua kerabat Handoko yang tak mau disebutkan namanya mengungkapkan masih shock dan belum mau memberikan keterangan. ''Mohon maaf, kemarin (Rabu, 1/9, Red) kami sudah memberikan keterangan banyak kepada banyak polisi. Tolong dihormati,'' paparnya.

''Mohon dimengerti. Kami bukannya tertutup. Tapi, ini menyangkut nyawa bocah tujuh tahun. Kalau saja si Aaron bisa kembali dengan selamat, kami tak akan berkeberatan diwawancarai,'' kata pria yang mengaku kakak Handoko itu.

Dia menyayangkan pemberitaan penculikan itu oleh sebuah stasiun radio swasta. ''Kok bisa langsung diudarakan? Kalau penculiknya panik dan ada apa-apa dengan dia (Aaron, Red), siapa yang bertanggung jawab?'' ujarnya.

Handoko, kata pria tersebut, juga masih shock dan belum bisa menemui siapa-siapa. ''Hanya itu yang bisa kami sampaikan. Kami berharap, Aaron bisa cepat kembali dengan selamat,'' katanya.

Operasional Director IPH Schools Venny Yuniati mengaku belum menerima laporan dari keluarga Aaron terkait berita penculikan siswa Grade 2 tersebut. Pihak sekolah juga tidak berani menyimpulkan telah terjadi penculikan tersebut.

"Hari ini (kemarin, Red) Aaron memang tidak masuk. Kemarin (Rabu, Red), dia masuk seperti biasa," kata Venny. Venny menyebut, belum menerima izin tertulis dari pihak keluarga mengenai alasan absennya Aaron kemarin.

Meski demikian, dia mengaku sudah mendengar tentang penculikan tersebut. "Anda yang orang luar saja mendengar, apalagi kami," kata venny ketika ditanya, apakah dia sudah mendengar tentang kasus penculikan tersebut. Dia menegaskan, tidak ada kasus penculikan di dalam lingkungan sekolah IPH. Itu terbukti dari rekaman CCTV. Bila terjadi di luar, dia mengaku tidak tahu-menahu.

Sejak kemarin, sekolah yang berlokasi di Kedung Baruk itu memsang poster bertuliskan Mobil Tanpa Stiker IPH Dilarang Masuk di sejumlah titik sekolah. Venny mengatakan, hal itu dilakukan sebagai salah satu antisipasi pengamanan mengingat belakngan ini banyak terjadi kasus penculikan. (ano/rio/c12/cfu)

No comments:

Post a Comment